Tuesday, July 6, 2010

Dakwah Fardiyyah Rasulullah s.a.w.

(Olahan petikan buku Bagaimana Menyentuh Hati oleh Abbas As-Siisi)

Setelah Abu Thalib meninggal dunia, penderitaan Rasulullah saw. semakin berat, sehingga beliau pergi ke Thaif untuk mencari perlindungan dari suku Tsaqif, dengan harapan agar mereka mahu menerima ajaran Islam.

Ketika sampai di Thaif, beliau menjumpai tokoh-tokoh dari suku Tsaqif, yang
mereka itu tiga bersaudara: Abdu Yalail bin Amr bin Umair, Mas'ud, dan Hubaib. Beliau mengajak mereka untuk mengikuti ajaran Islam dan menjelaskan maksud kedatangannya. Akan tetapi, mereka tidak mahu menerima kedatangan beliau, bahkan memanggil kaumnya dan menyuruh mereka agar mengusir dan mengolok-olok Rasulullah saw.

Akhirnya Rasulullah berlindung di kebun milik Utbah bin Rabi'ah dan
Syaibah bin Rabi'ah, yang waktu itu keduanya berada di kebun tersebut dan mengetahui apa yang sedang dialami oleh Rasulullah saw. Rasulullah duduk di bawah pohon kurma. Sementara itu hati kedua pemilik kebun itu tergerak untuk menolong, lalu menyuruh pembantunya yang biasa dipanggil Adas, "Ambillah setangkai anggur dan letakkan di bekas ini, lalu berikan kepada orang itu."

Adas pun melaksanakan perintah tersebut dan datang ke hadapan
Rasulullah seraya berkata, "Silakan dimakan." Rasul menerima anggur tersebut, lalu memetiknya, setelah itu membaca "Bismillahirrahmanirrahim" dan memakannya. Mendengar bacaan itu, Adas terperanjat dan memandang Rasulullah dengan hairan. "Demi Allah, ucapan ini bukanlah ucapan penduduk negeri ini." Rasulullah berkata, "Wahai Adas, kamu berasal dari mana dan apa agamamu?" Adas menjawab, "Saya beragama Nasrani, saya dari negeri Ninawai."

Rasulullah bertanya, "Apakah dari
negerinya Yunus bin Matta, hamba Allah yang soleh itu?" Adas berkata, "Apa yang anda ketahui tentang Yunus bin Matta?" Rasulullah menjawab, "Dia adalah nabi dan saya juga seorang nabi." Mendengar jawaban itu, Adas langsung memeluk Nabi, menciumi kepala, kedua tangan, dan kedua kaki beliau. Kedua pemilik kebun itu melihat kejadian tersebut, lalu seorang di antara mereka berkata kepada yang satunya, "Pembantu kita sudah diracuni oleh laki-laki itu."

Tatkala Adas datang menghadap, keduanya berkata, "Celakalah kamu wahai Adas, apa
yang menyebabkan kamu menciumi kepala, kedua tangan, dan kedua kaki orang itu?" Adas berkata, "Tuan, tidak ada yang lebih baik dari ini. Dia telah memberi tahu kepadaku perkara yang hanya diketahui oleh seorang nabi." Mereka berkata, "Celakalah kamu wahai Adas, jangan sampai cakapnnya menjadikan kamu berpaling dari agamamu, kerana agamamu lebih baik daripada agamanya."

Saudaraku,
kita sudah membaca kisah di atas. Sekarang mari kita petik pelajaran yang ada dalamnya. Mari kita lihat bagaimana cara Rasulullah memikat hati Adas, lalu membimbingnya perlahan-lahan, hingga mahu mengikrarkan keislamannya. Tatkala Adas datang kepada Rasulullah dengan sebekas anggur lalu berkata, "Makanlah," Rasulullah memulai langkah pertamanya: beliau mengambil anggur itu dan membaca "Bismillahirrahmanirrahim", lalu memakannya.

Seandainya Rasulullah
tidak mengucapkan "Bismillahirrahmanirrahim", tentu Adas tidak akan berkomentar apa pun. Di sinilah terlihat pentingnya menonjolkan karakteristik Islam dengan melaksanakan sunnah Rasulullah, yang juga merupakan proklamasi aqidah islamiah di negara-negara nonmuslim, kerana dengan begitu kaum muslimin dapat mengenal satu sama lain.

Langkah kedua adalah tatkala Adas memandang beliau dan berkata, "Ucapan ini
bukanlah ucapan penduduk negeri ini." Rasulullah lalu berkata, "Wahai Adas kamu berasal dari negeri mana dan apa agamamu?" Rasulullah memanggilnya dengan menyebut nama Adas. Panggilan dengan menyebut nama secara langsung itu mempunyai erti yang amat besar untuk mengakrabkan sebuah persahabatan.

Kemudian beliau menanyakan tentang negeri dan
agamanya. Ini merupakan sebuah rangkaian pembicaraan yang berurutan secara rapi. Adas menjawab, "Saya beragama Nasrani, dari negeri Ninawai." Lalu Rasul bertanya, "Apakah kamu dari negerinya Yunus bin Matta, hamba Allah yang soleh itu?" Kita melihat bahawa Rasulullah menggelar Yunus as. dengan menyebut "hamba yang soleh".

Inilah yang menjadikan hati Adas semakin
tersentuh dan tertarik. la juga mengetahui bahawa Rasulullah mengetahui letak negeri Ninawai, sebuah negeri yang terletak di sebelah sungai Furat, Iraq. Ini semua menjadikan Adas semakin tertarik. Adas bertanya, "Apa yang anda ketahui tentang Yunus bin Matta?" Rasulullah menjawab, "Dia adalah saudaraku. Dia seorang nabi dan aku juga seorang nabi." Di sini terdapat sentuhan yang amat lembut.

Ungkapan Rasulullah,
"saudaraku," semakin membuat Adas tertarik dan percaya. Banyak kita jumpai orang yang bertanya tentang seseorang kemudian ia jawab, "la adalah saudaraku." Jawaban itu akan menambah keakraban dan rasa percaya. Dari nada bicara Rasulullah itu terlihat sifat tawadhu' beliau, yaitu beliau menyebut nama Yunus a.s. lebih dahulu sebelum menyebut nama beliau sendiri. Di sini terdapat pelajaran yang amat penting dan berharga bagi seorang da'i.

Banyak di antara kita yang tatkala membicarakan seseorang yang mempunyai
"kelebihan" mengatakan, "Dia sekolahnya bersamaan dengan saya," atau "Dia dulu satu fakulti dengan saya." Padahal yang lebih baik adalah, "Saya dulu bersamanya waktu di sekolah menengah," atau "Saya dulu satu fakulti dengannya."

Saudaraku,
inilah yang terjadi antara Rasulullah dengan Adas. Sebuah kisah yang sederhana dan mudah dicerna. Jadi, bagi da'i yang ingin memetik pelajaran dari kisah ini tidak akan merasa kesulitan.

Saudaraku,
sekarang marilah kita perhatikan kisah-kisah yang lain. Ada beberapa orang yang ingin menjumpai Rasulullah saw. Salah seorang di antara mereka menceritakan, "Kami berusaha mencari tahu tentang Rasulullah, kerana kami belum pernah mengenal dan melihatnya. Kami bertemu dengan seorang laki-laki, lalu kami bertanya kepadanya tentang Rasulullah. la menjawab, 'Apakah kalian mengenalnya?'

Kami menjawab, 'Tidak.' Ia berkata, 'Jika kalian masuk ke dalam masjid, maka
Muhammad adalah seseorang yang duduk bersama Abbas bin Abdul Muthalib yang tak lain adalah bapa saudaranya.' Kami menjawab, 'Ya, kami mengenal Abbas, dia sering datang kepada kami untuk berdagang.' la berkata, 'Jika kalian masuk masjid, maka Muhammad adalah orang yang duduk bersama Abbas.' Kemudian kami masuk ke dalam masjid dan kami menjumpai Rasulullah yang sedang duduk bersama Abbas.

Kami memberi salam, lalu duduk di dekat mereka. Kemudian Rasulullah bertanya
kepada Abbas, 'Wahai Abu Fadhl, apakah engkau mengenal dua orang ini?' Abbas menjawab, 'Ya. Ia adalah Bara' bin Ma'rur, seorang pemuka kaum dan ini Ka'ab bin Malik.' Rasul bertanya, 'Apakah dia penyair yang terkenal itu?' Abbas menjawab, 'Ya.'" Sungguh, saya (Abbas) tidak pernah melupakan ucapan beliau, "Apakah dia penyair yang terkenal itu?" Demikianlah metod Rasulullah dalam memikat hati mad'unya.

No comments:

Post a Comment